Taksi terbang IKN (Ibu Kota Nusantara) akan mulai diuji coba tahun depan sebagai kendaraan untuk mengangkut penumpang. Istilah ini muncul di Indonesia untuk mendefinisikan terobosan kendaraan baru berbentuk seperti drone listrik berukuran besar.
Tentu saja rencana tersebut mendapatkan banyak perhatian dari publik karena konsepnya. Siapa sangka jika kendaraan terbang yang dulu diimpikan pada masa modern kini mulai memiliki harapan untuk terwujud.
Apalagi mengetahui bahwa transportasi modern tersebut akan rilis di negara sendiri. Sehingga tidak heran jika banyak masyarakat antusias serta tidak sabar untuk menyambut kedatangan transportasi ini di tengah-tengah mereka.
Mengenal Taksi Terbang IKN
Berdasarkan penjelasan dari regulator sipil Amerika Serikat, FAA (Federal Aviation Administration), air taxi atau taxi terbang masuk dalam payung AAM. AAM atau Advanced Air Mobility sendiri juga kerap disebut eVTOL.
Air taxi, AAM, Evtol (Electrical Vertical Takeoff and Landing) biasa dipakai secara terpisah. Akan tetapi, pada dasarnya ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan arti. Ketiganya juga berbeda dengan kendaraan terbang lain seperti helikopter atau pesawat terbang.
Baik air taxi, AAM, maupun Evtol cenderung berukuran kecil dengan tenaga murni listrik. Mereka membawa baterai, kemudian lepas landas dan mendarat secara vertikal. Selain itu, ketiganya juga dikendalikan dari jarak jauh.
Saat ini, baik taksi terbang IKN maupun di tempat lainnya sudah memiliki banyak pilihan desain. Ada yang tanpa awak dan dikendalikan jarak jauh untuk mengangkut barang. Ada juga yang menjadi pemadam kebakaran untuk lokasi terpencil.
Ada juga mode tanpa pilot yang ditujukan untuk mengangkut penumpang. Kendali dipegang oleh pihak operator di darat. Desain lainnya juga dilengkapi perlengkapan jalan raya. Misalnya saja seperti empat roda agar bisa disetir ketika selesai mendarat (mobil terbang).
Otoritas Ibu Kota Nusantara telah menandatangani kota kesepahaman bersama dengan Hyundai Motor Group terkait rencana taksi terbang IKN. Konsep air taxi dengan sebutan Urban Air Mobility (UAM) akan mulai diuji coba pada tahun 2024
Keunggulan dari Air Taxi
Jika Anda membutuhkan moda transportasi dengan waktu fleksibel dan lebih cepat maka air taxi adalah jawabannya. Pasar dari transportasi ini sendiri memang adalah penumpang yang membutuhkan fleksibilitas waktu serta kecepatan.
Sebelum ada rencana mengenai taksi terbang IKN, konsep ini sebenarnya sudah lebih dulu dipakai di bandara Soekarno Hatta. Fasilitas utama yang mereka sediakan adalah akses untuk menuju ke bandara itu sendiri.
Selain itu terdapat juga fasilitas tambahan demi menunjang kenyamanan para penumpang di dalamnya. Fasilitas tersebut di antaranya seperti VIP lounge, ruang tunggu, dan lain sejenisnya. Hal ini bisa juga menjadi contoh untuk IKN nantinya.
Berbagai kenyamanan dan keunggulan tersebut tentunya sebanding dengan harga yang harus penumpang bayar. Untuk bandara Soekarno Hatta sendiri membuka tarif mulai dari Rp 8 juta – Rp 20 jutaan tergantung fasilitasnya.
Sedangkan untuk taksi terbang IKN sampai saat ini belum memiliki gambaran mengenai tarifnya. Mengingat memang transportasi Ibu Kota Nusantara tersebut masih baru akan dilakukan percobaan pada tahun depan.
Perbedaannya dengan Mobil Terbang
Baik kehadiran air taxi maupun mobil terbang sebenarnya sama-sama menjadi solusi bagi masyarakat di masa depan. Karena keduanya sama-sama menjanjikan kecepatan juga kelancaran lalu lintas sehingga terhindar dari kemacetan.
Meskipun memiliki tujuan sama serta bisa mengudara, keduanya tetap memiliki sejumlah perbedaan. Misalnya saja untuk jenis mobil hadir dengan sayap yang bisa dibuka tutup. Sehingga ketika akan takeoff, sayap akan terbuka lebar.
Adapun jika akan berkendara normal selayaknya mobil pada umumnya, maka sayap akan terlipat. Jenis ini juga membutuhkan jalan cukup lebar untuk lepas landas. Selain lebar, jalan juga perlu panjang serta tidak ada hambatan seperti jalur takeoff pesawat.
Berbeda dengan air taxi seperti taksi terbang IKN karena bisa langsung mengudara secara vertikal. Hingga saat ini, sejumlah perusahaan juga masih terus melakukan uji coba terhadap pengembangan mobil terbang.
Misalnya saja seperti air car produksi Klein Vision. Prototipe mobil tersebut berhasil pada uji cobanya Juni lalu. Air car tersebut berhasil mengudara selama 35 menit dengan rute Bandara Internasional Nitra ke Bandara Bratislava (Slokavia).
Jika air car hadir dengan sayap seperti pesawat terbang, air taxi menggunakan baling-baling sebagai alat terbangnya. Hal tersebut menyebabkan air taxi kerap disamakan dengan drone dari bentuk dan cara kerjanya.
Selain itu, perbedaan keduanya juga terlihat dari daya tampungnya. Karena air taxi memiliki kapasitas penumpang terbatas yaitu satu atau dua orang saja. Berbeda dengan air car karena memiliki daya tampung lebih besar seperti mobil pada umumnya.
Pembahasan mengenai taksi terbang IKN memang sangat menarik untuk dibicarakan. Semoga hasil percobaan dapat berlangsung dengan baik tahun depan. Dengan begitu, mimpi tersebut juga bisa menjadi kenyataan di Ibu Kota Nusantara.